Seperti Judul Di atas..
Bila kita berkunjung ke Kawah Putih ,Ciwidey,Bandung selatan ini..
maka kekaguman akan kekuasaan Allah yg telah menciptakan sebuah kawah yang Cantik.
Saat Kabut turun maka sebutan Kerajaan awan akan terlihat,kenapa?
karena saat Kabut turun,kawah di penuhi dengan kabut.Hamparan Danau Belerang tidak terlihat,seakan kita berjalan di atas awan.
karena tidak ada guide yg bisa menjelaskan asal usulnya,saya mengutip tulisan dari sebuah Blog,dan ini tulisan tsbt.
Entah daya tarik apa yg membuat banyak orang kembali ke Kawah Putih Gunung Patuha, Ciwidey. Yang jelas dataran tinggi Bandung Selatan ini cantik. Begitu banyak inspirasi sudut2 gambar lahir dari bidikan kamera di kawah putih yang angker dan berwibawa ini.
Saat seorang pengembara Belanda bernama Junghun datang di abad 19, penduduk sekitar menyebutnya sebagai tempat dimana arwah para leluhur bersemayam, yg tidak seorangpun berada disana tanpa meregang nyawa, yang burung pun enggan terbang diatasnya. Pendapat tsb tidak sepenuhnya salah.
Benar bahwa Kawah Putih Gunung Patuha itu berwibawa, karena ketinggiannya dan kesunyiannya. Benar, bahwa Kawah putih itu angker, yang melulu karena fumarol belerang pekat yang harus diperhitungkan pada saat angin berhenti berputar.
Selebihnya Kawah Putih itu adalah tempat dimana titisan surga pernah diturunkan ke bumi, begitu anggun, tenang, menghanyutkan.
Bulan Juli Agustus temperature bisa turun serendah 10oC pada siang hari dan 5oC pada malam hari. Semilir angin membawa pergi kabut pekat uap belerang menjauh. Teriaklah kuat-kuat; konon akan diteruskan echo-nya oleh dinding-dinding padas ke surga. Berkeliling kawah pada saat musim kemarau cukup mudah dilakukan; mencari-cari sudut-sudut pandang terlupakan yang barangkali tercecer dari surga.
Pengunjung tak akan betah berlama-lama diterpa dinginnya angin gunung yang menyelinap ke tulang sumsum. Seruput bandrek di sebuah warung di tempat parkir mampu memberikan rasa hangat di tenggorokan yang kering.
Suasana keheningan di tempat itu akan membawa suasana rileks. Resonansi batin anda dengan alam sekitar mampu mengisi batere kehidupan terisi kembali.
Kawah putih Patuha bukanlah satu-satunya tempat yang patut diburu di Ciwidey. Banyak tempat lain disekitarnya yang menyimpan sejuta pesona buat yang mau bersusah payah mengejar surga yang tercecer.
NB; sebagian pengunjung memamfaatkan lokasi ini sebagai sarana Prewedding.
memang Cocok untuk pemotretan Prewedding atau foto keluarga.
Tapi itu juga harus Izin dulu sebelumnya.
Jarak pintu masuk ke kawah sekitar 6 Km.
Mobil kecil bisa masuk,tapi kalau Bis Besar samapi di Pintu masuk saja,dan untuk
rombongannya di sediakan angkutan mobil yg di sediakan pengelola Kawah Putih.
JEMBATAN KERETA API JADUL
Ketika menuju Kawah Ratu Ciwidey,..
diperbatasan ciwidey dengan soreang melintas sepanjang jalan yg berbukit dan indah,
saya melihat ada 2-4 jembatan seperti ini.
Penasaran dengan asal usulnya saya meng Goggle history jembatan ini.
dan ini adalah kutipan lisan yang saya temukan.
KERETA api rute Bandung-Ciwidey merupakan jasa angkutan massal pertama yang pernah ada di kawasan Bandung Selatan. Kereta ini berfungsi untuk mengangkut barang-barang komiditas perkebunan. Jalur ini dimulai dari Stasion Cikudapateuh, Pasar Kordon Buahbatu, Pameungpeuk, Banjaran, Soreang, dan berakhir di Ciwidey.
Jalur ini ditutup pemakaiannya tahun 1975
Menurut buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, jalur ini dibangun dua tahap. Pada 1918 Bandung-Kopo dan diteruskan ke Ciwidey pada 1921 oleh Perusahaan Kereta Api Negara (Staats Spoorwegen/SS).
Jalur ini dipakai sbg moda transportasi hasil produksi perkebunan Wilayah Priangan, yang kala itu menjadi barang komoditas ekspor yang laku keras di pasaran dunia. Selain itu sebagai sarana pendukung dalam rencana pemekaran wilayah Gemeente Bandung di tahun 1919.
Dengan mundurnya permintaan hasil perkebunan Priangan di pasaran dunia, sedikit demi sedikit jalur KA itu mati angin.
Apalagi setelah kendaraan bermotor truk yang lebih fleksibel mengangkut muatan door to door mulai beroperasi di kawasan Bandung, fungsi KA cuma jadi alat angkutan penumpang. Karena kurang menguntungkan, akhirnya jalur ini dinonaktifkan pada 1975.
Kejayaan si Kuda Besi di Jalur Selatan tinggal bekasnya saja. Yang sering terlihat adalah jembatan di Dayeuhkolot, Statisun Banjaran, dan jalur rel yang sisi kanan-kirinya telah berdiri bangunan permanen serta permukiman kumuh.
Di jalur antara Banjaran dan Soreang pun, yang terlihat hanya onggokan rel tua yang tidak terurus dan beberapa jembatan melintasi sungai kecil yang sudah karatan, seperti tampak dlm gambar ini.
dengar- dengar ada upaya2 utk menghidupkan lagi jalur ini. Kayaknya cukup menarik, krn pemandangan kiri kanannya yg enak utk dilihat.
Kamis, 09 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar